Salah satu tim pelaksana Pengabdian Pada Masyarakat dari Jurusan Pendidikan IPA, yang diketuai oleh Monica Prima Sari, M.Pd dan beranggotakan Rani Oktavia, M.Pd dan Rahmah Evita Putri, M.Pd., telah selesai melaksanakan kegiatan yang bertempat di dua sekolah mitra, yaitu SMP Pembangunan Laboratorium Universitas Negeri Padang dan SMP Negeri 25 Padang. Kegiatan pengabdian pada masyarakat yang didanai dari PNBP Universitas Negeri Padang tahun 2019 ini bertajuk, PEMBUATAN KIT PERCOBAAN IPA SEDERHANA UNTUK MELATIH KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA SMP NEGERI 25 PADANG DAN SMP PEMBANGUNAN LABORATORIUM UNIVERSITAS NEGERI PADANG” dan dilaksanakan pada rentang tanggal 26 Agustus – 10 September 2019.

  

Gambar 1. Narasumber dan Peserta Kegiatan Pengabdian di SMP Negeri 25 Padang

Sebagaimana terlihat dari tajuk kegiatan ini, sasaran yang ingin dicapai adalah melatihkan keterampilan proses sains kepada siswa sekolah mitra sekaligus meningkatkan minat belajar IPA mereka. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar siswa SMP tidak begitu berminat mempelajari IPA karena identik dengan hafalan konsep dan rumus, serta perhitungan yang rumit. Dari sisi guru, umumnya kegiatan praktikum atau percobaan sering dipandang sebagai aktivitas yang tidak efektif dalam hal target materi yang harus diajarkan. Sebagian besar guru merasa bahwa praktikum membutuhkan persiapan, ketersediaan alat dan bahan yang memadai, perlu melibatkan tenaga laboran, mengharuskan adanya Lembar Kerja Siswa (LKS) atau Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan ditambah sulitnya menertibkan dan memantau kegiatan siswa selama berada di laboratorium.  Melalui kegiatan ini, tim pelaksana bermaksud untuk mengubah pandangan tersebut dengan menyajikan materi dan konsep IPA dengan cara sederhana, menggunakan alat dan bahan sederhana, namun mampu mewadahi penerapan konsep yang mereka pelajari di kelas.

Terdapat tiga percobaan sederhana yang diangkat dalam kegiatan pengabdian kali ini, yaitu percobaan pembuatan kit penyaringan air sederhana, pembuatan rangkaian listrik sederhana dari kentang, dan pembuatan sabun cair cuci piring. Pemikiran yang mendasari pemilihan percobaan dalam kegiatan ini adalah kenyataan bahwa Kota Padang termasuk sebagai salah satu daerah rawan bencana. Mengingat bencana gempa yang terjadi sepuluh tahun yang lalu, tim pelaksana merasa perlu untuk membekali siswa sekolah dengan keterampilan dan pengetahuan untuk bertahan hidup dan mencari dua sumber energi utama bagi manusia, yaitu listrik dan air. Sementara itu, percobaan pembuatan sabun cuci piring lebih ditekankan kepada memperkenalkan alternatif untuk memulai gaya hidup hemat dalam keluarga. Tim pelaksana berpendapat bahwa daripada sibuk membanding-bandingkan harga satu merek sabun dengan merek lainnya, lebih baik siswa diperkenalkan bahwa ada acara untuk membuat sabun cair cuci piring sendiri di rumah yang tentunya jauh lebih hemat.

Pada pelaksanaannya, sebagian besar siswa di kedua sekolah mitra terlihat antusias mengikuti setiap kegiatan percobaan yang dilaksanakan. Bahkan, beberapa siswa mengajukan diri untuk membantu narasumber ketika mendemonstrasikan cara membuat kit penyaringan air sederhana. Kemudian, setelah kit selesai disusun, siswa juga terlihat antusias menunggu apakah benar kit tersebut mampu menjernihkan air yang kotor dan berpasir. Ketika hasilnya ternyata bersih dan tak berbau, ekspresi siswa terlihat senang dan takjub. Melalui percobaan ini, tim pelaksana berharap siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan ketika mereka berada dalam situasi kesulitan menemukan air bersih saat musim banjir atau membantu sekolah menyediakan air untuk keperluan MCK dengan memanfaatkan air hujan.

 

       

(a)

     

(b)

Gambar 2. Pembuatan Kit Penyaringan Air Sederhana: (a) Pengarahan kepada Siswa; (b) Produk Kit Penyaringan Air.

Di sisi lain, ketika percobaan pembuatan rangkaian listrik sederhana dari kentang, kami mencoba mengubah pandangan bahwa percobaan dengan listrik itu berbahaya, rumit, dan hanya cocok untuk anak laki-laki atau yang pintar saja. Berkat kelompok-kelompok kecil yang sebelumnya sudah dibentuk guru, dan kit yang jumlahnya memadai, seluruh siswa dapat mencoba sendiri bagaimana caranya membuat rangkaian listrik sederhana dari kentang, menggunakan elektroda yang mudah mereka temui sehari-hari yaitu koin dan paku. Ketika bola lampu yang menjadi indikator rangkaian listrik sudah benar dapat menyala, siswa bertepuk tangan dan tersenyum gembira. Beberapa siswa bahkan dapat sampai pada pemikiran, “berarti kentang bisa untuk ngecas hape ya, Buk?”.

Gambar 3. Pembuatan Rangkaian Listrik Sederhana dari Kentang

Sabun cair cuci piring adalah cairan pembersih yang sudah menjadi bagian dari keseharian siswa, terutama siswa perempuan. Namun demikian, ketika diiformasikan bahwa sabun cair cuci piring yang selama ini iklannya mereka lihat di televise atau terpajang di rak-rak swalayan dengan label diskon bervariasi, bisa mereka buat sendiri dengan peralatan yang ada di rumah, bahkan siswa laki-laki pun ikut antusias. Proses pembuatan sabun menjadi ajang untuk berbagi hasil pengamatan terhadap komponen sabun dan perubahan yang terjadi secara berkala, pengalaman-pengalaman menggunakan sabun selama ini, dan pertanyaan-pernyataan yang selama ini tersimpan tentang sabun, mereknya, harganya, dan cara kerjanya. Dari pengamatan tim pelaksana, seluruh siswa terlihat antusias dan menikmati proses pembuatan sabun cair cuci piring ini bahkan hingga pengemasan hasil sabunnya.

Gambar 4. Pembuatan Sabun Cair

Beberapa keterampilan yang telihat dari perilaku siswa yang mempertanyakan cara kit penyaringan air jika susunan komponennya diubah, cara kerja sabun, variasi warna hasil sabun tiap kelompok siswa, keterampilan merangkai rangkaian listrik sederhana dari kentang dengan jumlah bervariasi merupakan beberapa dari keterampilan proses sains yang ditargetkan melalui kegiatan ini dan sudah terlihat. Sementara senyum, antusiasme, dan keengganan siswa untuk mengakhiri percobaan ketika bel berbunyi, serta permintaan untuk melaksanakan percobaan lagi pada pembelajaran berikutnya adalah tanda yang mengisyaratkan bahwa terdapat peningkatan minat siswa untuk mempelajari IPA.